Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya dan tidak lupa pula sholawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi
Besar kita Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang benderang seperti saat ini.
Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Studi Islam I serta
teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Tauhid” kami menyadari bahwa
masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga kami senantiasa terbuka
untuk menerima saran dan kritik pembaca demi penyempurnaan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalammu’alaikum
Wr. Wb.
BAB I
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Masalah
Kedudukan tauhid dalam Islam
sangatlah fundamental, karena dari pemahaman tentang tauhid itulah keimanan
seorang muslim mulai tumbuh. Konsep tauhid dalam Islam merupakan salah satu
pokok ajaran yang tidak dapat diganggu gugat dan sangat berpengaruh terhadap
keislaman seseorang. Apabila pemahaman tentang tauhid seseorang tidak kuat,
maka akan goyah pula pilar-pilar keislamannya secara menyeluruh.
Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Sebuah sumpah
akan kesetiaan dan kepercayaan yang mutlak tentang Allah yang Maha Esa. Dengan
menyakini akan keesaan Allah, maka seorang muslim tidak akan lagi menyakini
adanya tuhan selain Allah. Sehingga seluruh hidupnya akan senantiasa
dipersembahkan hanya untuk mengabdi kepada Allah. Dengan tauhid yang kuat maka
seorang muslim akan mampu melaksanakan seluruh perintah Allah dengan keyakinan
yang kuat pula.
Nilai keesaan Allah merupakan awal
dari kewajiban-kewajiban manusia terhadap tuhannya tersebut. Manusia diciptakan
di muka bumi ini hanya mempunyai satu tugas yaitu menyembah Allah dengan segala
bentuk ibadahnya, dalam hal ini Allah berfirman dalam kitabnya, yang artinya:
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan
Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci
Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)
Dengan memperdalam pemahaman
terhadap ilmu tauhid, maka diharapkan seorang muslim mempunyai landasan kuat
dalam mengimplementasikan kewajiban-kewajiban menyembah Allah. Dengan keyakinan
yang kuat tentang keesaan Allah, maka akan semakin ringan seorang muslim
melaksanakan seluruh ibadah yang yang diwajibkan kepada seorang muslim. Tidak
ada lagi rasa malas, dan menganggap bahwa semua kewajiban yang harus
dijalaninya tersebut merupakan kebutuhan untuk bertemu dengan penciptanya,
Allah SWT.
Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis akan menggali aspek-aspek tauhid sebagai landasan aqidah umat Islam.
Melalui penggalian konsep-konsep di atas, maka diharapkan pemahaman penulis
tentang keesaan Allah akan meningkat pula dan pada akhirnya meningkatkan pula
ibadah kepada Allah SWT.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka berikut ini rumusan masalah yang akan dikaji dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apakah yang dmaksud dengan “tauhid” sebagai landasan aqidah Islamiyah?
2.
Bagaimana hakekat dan kedudukan tauhid dalam Islam?
3.
Bagaimana pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penyusunan makalah
yang berjudul Tauhid landasan aqidah seorang muslim adalah:
1.
Meningkatkan pemahaman mengenai konsep “tauhid” sebagai landasan aqidah Islamiyah?
2.
Mengetahui hakekat dan kedudukan tauhid dalam Islam?
3. Mengkaji
pengaruh tauhid dalam kehidupan seorang muslim?
D. Sistematika
Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan dan tujuan
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II Pembahasan materi yang berjudul tauhid landasan
aqidah seorang muslim, berisi tentang konsep tauhid, hakekat dan kedudukan
tauhid dalam Islam serta pengaruh tauhid terhadap kehidupan seorang muslim.
Bab III Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
TAUHID SEBAGAI LANDASAN AQIDAH
ISLAMIYAH
A. Pengertian
Tauhid
Tauhid (Arab :توحيد ), adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan
yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu
atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti
keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah
yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-Baqarah:163, Muhammad 19 ).
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang
mengesakan Tuhan. Bahkan gerakan-gerakan pemurnian Islam terkenal dengan nama
gerakan muwahhidin ( yang memperjuangkan tauhid ). Dalam perkembangan
sejarah kaum muslimin, tauhid itu telah berkembang menjadi nama salah satu
cabang ilmu Islam, yaitu ilmu Tauhid yakni ilmu yang mempelajari dan membahas
masalah-masalah yang berhubungan dengan keimanan terutama yang menyangkut
masalah ke-Maha Esa-an Allah.
Tauhid dibagi menjadi 3 macam yakni tauhid
rububiyah, uluhiyah dan Asma
wa Sifat. Mengamalkan
tauhid dan menjauhi syirik merupakan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan oleh seorang
muslim. Sehingga seorang yang telah melanggar tauhid maka gugur pula keislaman
seseorang. Karena yang membedakan seorang muslim dengan yang bukan muslim
adalah kepercayaannya mengenai keesaan Allah yang terwujud dalam keyakinan dan
amal-amal ibadahnya.
syarah Aqidah ahlus sunnah wal jam’ah;yazid Qadir
Jawas:pustaka at-tagwa;2004;hal;17
Berikut adalah
dalil-dalil Al Qur'an Tentang Keutamaan & Keagungan Tauhid,
Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)
"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu" (QS An Nahl: 36)
"Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan" (QS At Taubah: 31)
"Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)" (QS Az Zumar: 2-3)
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus" (QS Al Bayinah: 5)
Dari semua dalil-dalil Al-qur’an di
atas, maka jelas sekali bahwa konsep tauhid merupakan landasan paling
fundamnental dalam kehidupan seorang muslim yang sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan ajaran-ajaran Islam lainnya.
B. Hakekat,
kedudukan dan Pembagian Tauhid1
1.
Hakekat Tauhid
Tauhid merupakan kewajiban utama dan
pertama yang diperintahkan Alloh kepada setiap hamba-Nya. Namun, sangat
disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti
hakekat dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama
kita yang mulia ini. Oleh karena itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin
untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid adalah mengesakan
Alloh. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
a.
Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini
keesaan Alloh dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh Alloh,
seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi
rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan
kekhususan bagi Alloh. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak
ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini,
seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya
karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan
mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana
firman Alloh “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang
menciptakan? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid
Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini.
Sebagaimana firman Alloh,
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh
dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’
Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya
berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada
yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab:
‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun:
86-89).
b.
Mengesakan Alloh Dalam Uluhiyah-Nya2
Maksudnya adalah kita mengesakan
Alloh dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah
lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia
menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat
ini kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah
hanya ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah
satu-satunya Pencipta alam semesta.
c.
Mengesakan Alloh Dalam Nama dan Sifat-Nya
Maksudnya adalah kita beriman kepada
nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah
Rosululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya Alloh-lah yang pantas untuk
memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan Hadits tersebut
(yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya “Dialah
Alloh Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah
Asmaaul Husna.” (Al-Hasyr: 24)
Seseorang baru dapat dikatakan
seorang muslim yang tulen jika telah mengesakan Alloh dan tidak berbuat syirik
dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan Alloh (berbuat
syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim
tulen tetapi dia adalah seorang musyrik.
syarah Aqidah ahlus sunnah wal jam’ah;yazid Qadir
Jawas:pustaka at-tagwa;2004;hal;19-37
2. Kedudukan Tauhid
1
Tauhid memiliki kedudukan yang
sangat tinggi di dalam agama ini. Pada kesempatan kali ini kami akan membawakan
tentang kedudukan Tauhid Uluhiyah (ibadah), karena hal inilah yang
banyak sekali dilanggar oleh mereka-mereka yang mengaku diri mereka sebagai
seorang muslim namun pada kenyataannya mereka menujukan sebagian bentuk ibadah
mereka kepada selain Alloh, baik itu kepada wali, orang shaleh, nabi, malaikat,
jin dan sebagainya.
Tauhid Adalah Tujuan Penciptaan
Manusia, Alloh berfirman, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56) maksud
dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam
bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu
‘anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan
bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah
kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian
untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh,
“Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala
yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat
sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami
menghendaki berbuat demikian.” (Al Anbiya: 16-17).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?” (Al-Mu’minun: 115)
Selain itu, tauhid juga adalah
tujuan diutusnya beberapa rasul ke muka bumi, dalam hal ini Allah berfirman, “Dan
sungguh Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
‘Sembahlah Alloh, dan jauhilah Thaghut itu’.” (An-Nahl: 36). Makna dari
ayat ini adalah bahwa para Rosul mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi terakhir Nabi
kita Muhammad shollallohu alaihi wa sallam diutus oleh Alloh untuk
mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan tidak
memepersekutukanNya dengan sesuatu apapun.
Maka pertanyaan bagi kita sekarang
adalah “Sudahkah kita memenuhi seruan Rosul kita Muhammad shollallohu alaihi
wa sallam untuk beribadah hanya kepada Alloh semata? ataukah kita bersikap
acuh tak acuh terhadap seruan Rosululloh ini?”
Selain itu tauhid merupakan perintah
Alloh yang paling utama dan pertama, Alloh berfirman, “Sembahlah Alloh dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (An-Nisa: 36). Dalam ayat ini Alloh menyebutkan
hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang Dia perintahkan adalah untuk
menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini didahulukan daripada
berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya. Maka
sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat baik terhadap sesama manusia,
namun dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya
kepada Alloh semata.
3.
Pembagian Tauhid 2
a. Tauhid Rububiyah
Beriman bahwa hanya Allah
satu-satunya Rabb yang memiliki,
merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan
manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta. Sebagaimana
terdapat dalam Al Quran surat Az Zumar ayat 62 :"Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". Hal yang
seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang
mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka.
Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam
semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Alloh “Apakah
mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah
mereka telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan).“ (Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap
Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama Islam karena
sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rosululloh mengakui
dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Alloh, “Katakanlah:
‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’
Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak
bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Alloh.’
Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
b. Tauhid
Uluhiyah/Ibadah
Beriman bahwa hanya Allah semata
yang berhak disembah, tidak ada sekutu bangiNya. "Allah menyatakan
bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang menegakkan
keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan
demikian). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia yang Mahaperkasa
lagi Maha Bijaksana" (Al Imran : 18). Beriman terhadap uluhiyah Allah
merupakan konsekuensi dari keimanan terhadap rububiyahNya. Mengesakan Alloh
dalam segala macam ibadah yang kita lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar,
menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan berbagai macam ibadah
lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah itu hanya
kepada Alloh semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rosul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. Hal ini
sebagaimana yang difirmankan Alloh mengenai perkataan mereka itu “Mengapa ia
menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya
ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini
kaum musyrikin Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya
ditujukan untuk Alloh semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka
dikafirkan oleh Alloh dan Rosul-Nya walaupun mereka mengakui bahwa Alloh adalah
satu-satunya Pencipta alam semesta.
c.
Tauhid Asma wa Sifat
Beriman bahwa Allah memiliki nama dan
sifat baik (asma'ul husna) yang sesuai dengan keagunganNya. Umat Islam mengenal
99 asma'ul husna yang merupakan nama sekaligus sifat Allah. Maka dalam Islam
ada sunah untuk menghafalkan ke-99 nama Allah tersebut sebagai perwujudan cinta
kita kepada Allah SWT.
C. Pengaruh Tauhid
Terhadap Kehidupan Seorang Muslim
Tauhid adalah akar dari keimanan
seorang muslim. Dengan tauhid yang kuat, maka seorang muslim akan mampu
menjalankan proses penghambaannya kepada Allah tanpa merasa berat dan terpaksa,
karena hanya satu tujuan mereka hidup yaitu keinginan mereka untuk bertemu
dengan tuhannya Allah SWT.
Implementasi penghambaan mutlak
kepada Allah SWT tersebut terwujud dalam berbagai aspek kehidupan seorang
muslim, mulai hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia lainnya, serta hubungan manusia dengan alam. Ketiga hubungan tersebut
akan terwujud secara selaras dan harmonis, karena memang itulah perintah Allah.
Dengan mempunyai aqidah yang kuat, maka seluruh rintangan hidup dapat dilaluinya
dengan baik dan ringan.
Di era modern ini, dengan berbagai
tantangan dan pengaruh global, seorang muslim harus mempunyai tauhid yang kuat.
Hal itu disebabkan tantangan dan pengaruh global yang dating banyak memuat
unsur-unsur negative yang anti-tauhid. Manakala seorang muslim dihadapkan pada
kesenangan dunia sebagai muatan dunia kapitalis, maka manusia membutuhkan
benteng untuk mempertahankan diri dari arus negative globalisasi tersebut.
1,2 :Fauzan, Abd. Fauzan. 1998 at-Ta’liq al-mukhtashar
al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh muhammad ibn 'abdul Wahhab. Ponorogo :
Darussalam Press;hal 35-58
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tauhid (Arab :توحيد), adalah konsep dalam aqidah Islam yang
menyatakan keesaan Allah. Tauhid diambil kata : Wahhada Yuwahhidu Tauhidan
yang artinya mengesakan. Satu suku kata dengan kata wahid yang berarti satu
atau kata ahad yang berarti esa. Dalam ajaran Islam Tauhid itu berarti
keyakinan akan keesaan Allah. Kalimat Tauhid ialah kalimat La Illaha Illallah
yang berarti tidak ada Tuhan melainkan Allah. ( al-Baqarah:163, Muhammad 19 ).
Tauhid merupakan inti dan dasar dari seluruh tata nilai dan norma Islam,
sehingga oleh karenanya Islam dikenal sebagai agama tauhid yaitu agama yang
mengesakan Tuhan.
2.
Hakekat tauhid adalah kewajiban seluruh muslim untuk mengesakan Allah dan
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Kedudukannnya sangat
penting karena tauhid inilah yang merupakan tujuan pertama diciptakannya
manusia, diutusnya rasul dan tujuan pokok kehidupan manusia. Tauhid dibagi
menjadi tiga jenis yaitu tauhid rububiyah, uluyiah dan tauhid asma wa sifat.
3.
Tauhid sangat berpengaruh terhadap kehidupan seorang muslim, yaitu menjadi
landasan kuat dalam menjalankan segala aktivitas, baik aktivitas keagamaan
maupun aktivitas duniawi lainnya. Dengan tauhid seorang muslim akan menjalani
kehidupannya dengan tenang, tawakal dan sabar. Oleh karena itu tauhid merupakan
modal dasar bagi suksesnya seorang muslim baik di dunia maupun di akherat.
B. Saran
Setelah mengkaji masalah tauhid di
atas, maka saran dari kami khususnya bagi
kami sendiri, bahwa memegang teguh tauhid yaitu meyakini secara mutlak
keesaan Allah merupakan modal utama dalam mengarungi kehidupan modern dewasa
ini. Oleh karena itu, mempelajari tahuid yang sebenarnya merupakan keharusan
bagi seorang muslim
DAFTAR PUSTAKA
Ø kitab Syarah
Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit
Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir
1425H/Agustus 2004M:
Ø Fauzan, Abd. Fauzan. 1998 at-Ta’liq al-mukhtashar
al-Mufid 'ala kitabi at-Tauhid lissyaikh muhammad ibn 'abdul Wahhab. Ponorogo :
Darussalam Press
Ø http://anisachoeriah-paud.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-tauhid.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar